Berikut ada 7 hal permasalahan usaha/bisnis secara umum;
1.Kurangnya Pemahaman Usaha dan tempat usaha
Memahami secara kontekstual dan
strategi bukan saja bagaimana produk itu mempunyai nilai tambah dan dibuat.
Namun perlunya pemahaman akan kebutuhan masyarakat akan produk tersebut, baik
secara frekuensi, kuantitas, bentuk/jenis dan kualitasnya. Pemahaman usaha juga
berkaitan terhadap sarana dan prasarana misal lokasi usaha, info usaha, kondisi
kelengkapan usaha. Misal saya ambil contoh, seorang ibu yang pandai sekali
memasak belum tentu berhasil dalam usaha rumah makan karena bisnis tidak saja
tentang pemahaman proses produksi saja. Misal lagi, tempat usaha yang disewa
ratusan juta belum tentu akan membawa keberhasilan usaha, jika tidak mempunyai
kedekatan pasar dan kemudahan akses (akses berbasis jangkauan fisik dan
teknologi). Kedekatan lokasi dengan sumber bahan baku/sumber produksi juga
menjadi bagian penting karena dapat mengefisiensikan biaya transportasi dan
produksi.
2. Kurangnya pengalaman dan strategi pemasaran
Kewirausahaan dalam kontek usaha
masyarakat, tetap perlu ada pengalaman usaha. Kalo sekiranya pemodal dan
pemilik belum pengalaman maka belilah orang untuk dijadikan staf atau patner
usaha, baik secara aktif maupun konsultan. Pengalaman berhubungan dengan
bagaimana menjual, kepada siapa menjual, mengikat pelanggan, menangkap reaksi
pelanggan dll.
Secara umum masyarakat perilaku
kewirausahaan, mampu dan giat dalam produksi, baik dalam usaha kerajinan,
makanan, layanan jasa dan lain-lain
namun tidak mempunyai kekuatan dan metode dan konsep pemasaran yang sistematis,
ketika hari ini cukup laku maka tidak memperhitungkan kemungkinan bulan yang
akan datang bahkan tahun-tahun mendatang. Saya coba pernah terlibat dalam
penjauan beberapa UKM, rata-rata tidak mempunyai rencana pemasaran, bahkan
rencana usaha atau bisnis plan tidak punya, sehingga rencana peningkatan usaha
juga tidak bisa dijadwalkan dan dipacu untuk dicapai.
Pemasaran yang diterapkan masih
tradisional dan rentan terhadap perebutan pelanggan oleh pesaing. Tidak ada
usaha untuk membangun loyalitas dan fanatisme. BIsakah usaha mikro membangun
fanatisme? Sangat bisa, ketika saya menambal ban kendaraan yang bocor saya
memilih satu tukang tambal ban dari 3 yang ada di sekitar saya, karena memang
kualitas alat pembakar yang menghasilan tambalan yang bagus dan sosoknya pun
yang komunikatif, menghargai dan rela mengulang dan dikritik bila kurang sempurna hasilnya.
3. Kurangnya pemahaman dalam pengadaan dan pemeliharaan
bahan baku dan sarana.
Pengadaaan bahan baku tidak serta
merta sepreti logika membeli bahan baku cabe, daging dalam rumaha makan atau
logika semen, besi dalam usaha bangunan, tetapi lebih kepada bagaimana bahan
baku diperlakukan. Banyak pebisnis yang baru membuka usaha membeli bahan baku
sebanyak mungkin namun tidak dengan pemahaman bagaimana bahan baku dipelihara,
serta pemahaman frekuensi penggunaan bahan baku harian, mingguan dan permintaan
masyarakat .Contoh lain lagi, pemahaman sarana, banyak pengusaha dalam bidang
digital printing membeli alat jutaan bahkan ratusan juga impor, namun tidak
paham bagaimana memelihara dan antisipasi hariannya secara rutin dan strategis,
sehingga keseringan rusak menimbulkan
ketergantungan teknisi dari luar kota dan luar negeri, membuat usaha
macet ketika alat rusak. Sehingga banyak order yang di batalkan, pelanggan pun
lari. Padahal ada beberapa penyedia sarana digital printing yang memberikan layanan garansi secara pasti
sampai ke mendatangkan teknisinya dari China sana, walau harga lebih mahal, ini
semua hasil studi kasus di pebisnis digital printing di Yogya.
4. Kurang nya kehandalan pengelolaan administrasi dan
keuangan
Kebijakan dalam menentukan
keputusan strategi ber wirausaha hendaknya tidak mengandalkan dari insting dan
naluri saja. Namun histori dalam catatan administrasi perlu di jadikan modal
dalam menentukan keputusan. Kebijakan/Keputusan berbasisis data. Begitu juga
dalam hal keuangan, banyak kasus usaha yang dirintis tidak mempunyai kekuatan
data keuangan yang baik, sehingga pemilik tidak paham akan pendapatan rutin
bulanan, tidak bisa mengkorelasi antara pendapatan, penjualan dan penggunaan
bahan baku. Sehingga kemungkinan penyalahgunaan di tingkat bawah bisa
dijalankan tanpa diketahui.
5. Kurangnya kehandalan pengelolaan modal dan kendali kredit
Wirausaha-wan yang baik memahami
modal tidak saja uang. Sehingga kredit yang membabi buta ke bank-bank bukan
salah satu solusi tunggal, apalagi mengambil kredit maksimal dari plafon
jaminannya, yang tidak diperhitungkan dari kebutuhan operasional. Pengusaha
mikro banyak menjadi kan kredit sebagai expansi produksi dan pra investasi.
Tidak akurasi dalam memperhitungkan kebutuhan suntikan modal dengan kemampuan
bayar bulanan dan skala likuditas nya. Likuiditasnya misal apakah pelanggan
anda selalu cash membayar atau menunda-nunda pembayaran. Dengan kata lain,
ketika anda memgajukan kredit ke bank, tentu andapun juga harus hati-hati dalam memberikan kredit
atau pending payment kepada pelanggan anda, pilah-pilah mana yang tertib dan
tidak,lali tentukan sikap skala prioritasnya.
Pemodalan yang semu dan tidak
terpisah dengan kepentingan/kebutuhan
pribadi juga menjadi awal kegagalan usaha, penarikan dana dari
perusahaan/toko terlalu sering dan cepat namun tidak memperhitungkan dengan
arus pembayaran dan pendapatan perusahaan/toko/usaha.
6. Kurangnya kehandalan SDM yang berwawasan wirausaha
Wirausahawan yang sejati tidak
serta merta menjadikan seluruh keluarganya adalan staf dari
perusahaan/toko/usahanya. Kenapa? Karena hubungan yang terlalu cair dalam
keluarga dapat menghilangkan kinerja fungsi stuktural yang seharusnya. Misal
harusnya pimpinan berhak menegur proses pengelolaan pengadaaan barang yang
sesuai standar, namun karena staf yang bertanggungjawab adalah adik ipar, maka
segan untuk menegur, dan beranggapan bahwa nanti tentu akan berubah. SDM yang
berwawasan wirausaha maka akan membentuk jiwa yang kokoh, karena beranggapan
bahwa selain dia staf namun juga sosok yang yakin bahwa dengan sukses di
bidangnya maka dia terlah berhasil sebagai wirausaha wan layaknya pemilik
usaha, walau hanya dalam area kerjanya, seakan-akan bekerja sukses juga
kepuasan pribadi dan teamwork. Sehingga staf mempunyai daya tahan terhadap
masalah yang timbul, karena beranggapan bahwa masalah adalah bagian dari proses
berwirausaha. Caranya, jangan jadikan staf anda seorang robot yang harus turut
pada perintah namun juga diberikan tantangan untuk analisa perbaikan, dan ada
reward periodik, inilah hal yang tidak dilakukan penguasana secara umum, dan
salah satu kegagalan dalam skop SDM. Memasukkan nilai kewirausahaan menyatu
dalam motivasi kerja bawahan bukan hal yang mudah, tetapi jika anda memberikan tantangan
dan standar pencapaian per unit, maka itu salah satu bentuk pendidikannya,
tinggal metode harmonisasiny antara divisi.
KEkurangan dalam menentukan
kualifikasi staf dalam rekrutmen merupakan sebagian penyebab kegagalan dalam
usaha peningkatan keberlangsungan usaha. Sehingga perencaaan usaha yang baik
selalu menyiapkan kriteria SDM masing-masing divisi baru melakukan rekrutmen.
Jangan terbalik.
7. Kekurangan pemahaman perubahan teknologi
Dalam awal tulisan ini disinggung
masalah seorang pengusaha individu bidang Cetak Foto Kilat, secara logika
pengusaha Cetak Kilat 10 menit tad harusnya i langsung bermigrasi ke bisnis
cetak berbasis digital ketika ada perubahan teknologi cetak foto, namun karena
justru banyak keterbatasan pemahaman teknologi maka pelarian usaha justru
keluar dari bisang usaha sebelumnya. PEmahaman teknolgi bagi SDM tidak serta
merta harus berkaitan dengan computer dan internet, namun juga berdasar
kemudahan dari dampak teknologi yang ada, misal mengulek sambel dari cobek
beralih dengan blender, dari penghangat nasi dengan kompor beralih ke magic
jar. Sekarang kalo dalam bidang cetak mencetak, yang dahulunya dengan mesin
cetak warna yang mahal sekarang cukup dengan yang portable dan print namun
tetap dengan kualitas handal.
Kegagalan usaha pemahaman
teknologi ini tidak semata karena pemahaman pembelian namun juga pemeliharaan,
misal banyak data keuangan, data nasabah yang hilang karena virus, atau
ketidakmampuan staf dalam melindungi data file konsumen sehingga ada pesaing
yang bisa mengambil melalui salah satu stafnya yang hendak kena PHK atau
pindah, sehingga data-data dengan mudah digunakan oleh pesaing.
Teknologi juga berkaitan dengan
prediksi kehandalan perangkat yang digunakan saat ini agar tetap survive dalam
5 s.d 15 tahun mendatang. serta hendaknya SDM harus mau belajar setiap saat
untuk mengikuti perkembangan teknologi.
Teknologi juga berakitan dengan
keberhasilan pemasaran baik dalam mendesain grafis, pubklikasi profil dalam cd,
membuat website atau blog gratis. Jangan berpikir bahwa usaha kecil pun tidak
perlu website, karena beberapa waktu lalu saya mendesain sistem sebuah web
untuk promosi kecil usaha jahit baju, saat ini order dari beberapa kota hasil
promosi di website sudah mulai berdatangan. Yang penting unik, entah harga,
hasil, pengguna dan nuansa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar